UPT Layanan Konseling UHO Beri Psikoedukasi kepada Siswa MAN 1 Kendari
UPT Layanan Konseling Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari bekerjasama dengan MAN 1 Kendari dalam kegiatan masa ta’aruf siswa madrasah dengan Tema Psikologi Remaja, Senin 15 Juli 2024 di MAN 1 Kendari.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan masa ta’aruf siswa madrasah (MATSAMA) yaitu masa pengenalan sekolah.
Peserta pada kegiatan ini yaitu siswa baru MAN 1 Kendari yang berjumlah 427 orang.
Kegiatan ini sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, dengan memberikan psikoedukasi kepada siswa MAN 1 Kendari.
Pembina OSIS MAN 1 Kendari Tasrudin, S.Pd., M.Sos menyatakan, pentingnya materi psikologi remaja, melihat fenomena di lingkungan masyarakat dan sekolah yang membutuhkan edukasi agar anak memahami diri dan ke depannya mampu memetakan aktivitas positif di lingkungan belajarnya.
“Sehingga pada MATSAMA tahun ini salah satu rangkaian tema yang diusung yaitu terkait psikologi. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 15 Juli-18 Juli 2024,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala UPT Layanan Konseling UHO Kendari, Eva Herik, S.Psi., M.Psi., Psikolog menyebut, psikoedukasi ini bertujuan agar memberikan dampak bagi peserta didik, dimana harapannya mereka mampu mengenal diri sendiri, baik dari segi fisik, emosi dan sosial.
Hal ini dibutuhkan agar anak mengenal kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Dimana fenomena saat ini, banyak individu yang tidak mampu mengidentifikasi diri, baik dari segi fisik, misal tidak mengenali identitas seperti jenis kelamin,” ujarnya.
Iklan oleh Google
Ia melanjutkan, anak atau remaja juga belum mampu mengidentifikasi emosi yang ada pada dirinya. Banyak melabelling diri sebagai individu yang nakal, yang “alay”, yang lemah dan labil.
“Hal ini diperparah dengan stigma atau labelling dari lingkungannya. Sehingga untuk menghindari hal tersebut, remaja perlu mengidentifikasi potensi-potensi positif yang ada pada dirinya,” katanya.
Eva Herik menuturkan, pada usia remaja, faktor yang berdampak terhadap kesehatan jiwa yaitu keinginan otonomi atau mandiri yang lebih besar, tekanan dalam menyesuaikan diri, adanya peningkatan akses dan penggunaan teknologi, kualitas hubungan keluarga dan sebaya, tindak kekerasan seperti pengasuhan kasar, bullying, dan korban kekerasan.
“Sehingga remaja yang ingin sehat jiwanya harus mampu menyesuaikan diri di lingkungan manapun, mengendalikan stres yang timbul dan berfungsi atau bermanfaat bagi lingkungan sekitar,” jelasnya.
Menurut dia, hal-hal konkrit yang dapat dilakukan yaitu dengan berolahraga atau melakukan aktivitas yang menjadi hobi, minat dan bakatnya, menjaga pola makan, istirahat yang cukup, mencari cara untuk mengeluarkan emosi negatif dengan cara yang tepat, menyadari perasaan dan penyebab munculnya perasaan, terbuka perasaan dan pikiran dengan orang tua atau keluarga, tidak ragu dan malu apabila membutuhkan bantuan profesional.
“Untuk dapat mengidentifikasi diri, perlu dilakukan asesmen terhadap diri sendiri apabila sudah memerlukan tanda-tanda bantuan, yaitu seperti merasakan emosi negatif berkepanjangan, mengalami peristiwa traumatik yang mempengaruhi kondisi saat ini, berkurangnya nafsu makan yang drastis, kehilangan minat dan semangat hingga menganggu aktivitas, sulit tidur dalam jangka waktu yang sangat lama, mengalami gejala fisik yang tidak diketahui penyebabnya, muncul pikiran bunuh diri, dan orang sekitar mulai khawatir akan kondisi diri kita,” imbuhnya.
Pada akhir kegiatan, Eva Herik memberikan motivasi kepada para peserta agar menggali potensi diri baik dari segi akademik maupun non akademik.
“Setiap anak atau remaja memiliki kelebihan masing-masing yang dapat dikembangkan. Bangun kepercayaan diri dan jadilah pribadi yang bermanfaat,” tuturnya. (yat)