Take a fresh look at your lifestyle.
 

Film Pulau Plastik Kritik untuk Manusia yang Jauh dari Kodratnya

81

Poster film Pulau Plastik karya Dandhy Dwi Laksono dan Rahung Nasution ramai berseliweran di media sosial. Sayang, film ini diputar di bioskop secara terbatas di kota besar Indonesia pada 22 April 2021.

Meski belum menonton keseluruhan, tapi trailer film ini sudah cukup menarik, mewakili semua isi film. Mengangkat bahaya plastik bagi kehidupan manusia.

Dulu kita mengenal sejarah dari buku pelajaran bahwa ada zaman batu, zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi. Sepertinya nanti, kehidupan sejarah manusia akan diakhiri dengan zaman plastik.

Di Pulau Muna, warganya memiliki sejarah penggunaan dedaunan untuk membungkus makanan atau belanjaan. Namun, pertahanan budaya itu akhirnya jebol seiring ekspansi bisnis plastik.

Dikutip berbagai sumber, bisnis kantong plastik pertama kali dibuat di Swedia sekitar 1959 dan dipatenkan pada 1965. Tujuan awalnya baik. Menjaga bumi dari kerusakan lingkungan akibat penggunaan kertas berlebihan untuk membungkus makanan.

Namun belakangan plastik ini malah menjadi masalah bagi bumi dan penghuninya. Tanpa disadari, manusia jadi paling utama kena imbasnya.

Plastik yang dibuang sembarangan, jadi ancaman peradaban manusia. Risiko ini dipelopori oleh manusia itu sendiri yang telah keluar jalur dari kodratnya. Plastik ini ibarat makanan beracun yang sengaja kita buat sendiri lalu dimakan bersama.

Iklan oleh Google

Plastik yang dibuang di tanah, bisa mengurangi unsur hara. Dampaknya adalah penurunan tingkat produksi pangan. Ekstremnya jika semua jadi plastik, pertumbuhan manusia tak akan sebanding dengan kesiapan pangannya.

Pulau Plastik
Pamflet Film Pulau Plastik. (Istimewa)

Plastik ini juga selalu jadi kambing hitam pemicu banjir. “Akibat penumpukan sampah plastik,” ungkap pejabat ketika menanggapi bencana banjir terjadi.

Plastik yang dibakar, bisa memicu penipisan lapisan ozon. Bikin cuaca semakin tidak menentu akibat perubahan iklim. Panas suhu bumi memicu peleburan es di kutub utara-selatan yang bikin permukaan air laut makin tinggi. Kita tinggal menunggu kampung di pesisir tenggelam.

Plastik yang dibuang di laut juga tidak kalah besar dampaknya. Plastik tidak sengaja dikonsumsi ikan, ditangkap nelayan dan dihidangkan di atas meja makan. Manusia mengonsumsi ikan yang dalam tubuhnya ada partikel plastik. Sehingga tidak salah jika veses (taik) kita mengandung plastik.

Kembali ke Pulau Muna. Dulu, di pasar-pasar tradisional, bahan pembungkus makanan paling dikenal adalah daun jati, daun pisang dan daun jarak. Jika ingin lama digunakan, dibuatlah anyaman dari bambu atau daun kelapa sejenisnya. Semua tumbuhan itu telah ada sejak peradaban manusia.

Namun, lambat laun, segala manfaat dari pohon-pohon yang ada di sekeliling kita mulai tak digunakan. Ada yang digunakan, tapi hutannya dibikin hilang demi memenuhi bisnis yang lebih menggiurkan keuntungannya.

Film dan kampanye tentang bahaya penggunaan plastik sekali pakai ini sangat penting bila diangkat di mimbar-mimbar ceramah. Bisa juga dibuatkan fatwa bahwa, penggunaan plastik sekali pakai masuk daftar dosa manusia yang menyakiti bumi.

 

80%
Awesome
  • Rating
ARTIKEL-ARTIKEL MENARIK NAWALAMEDIA.ID BISA DIAKSES VIA GOOGLE NEWS(GOOGLE BERITA) BERIKUT INI: LINK
Berlangganan Berita via Email
Berlangganan Berita via Email untuk Mendapatkan Semua Artikel Secara Gratis DIkirim ke Email Anda
Anda Dapat Berhenti Subscribe Kapanpun
Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan, ruas (*) wajib diisi