Take a fresh look at your lifestyle.

Perjuangan Raja Tiworo Melawan Belanda : Tewas Saat Perang, Anak-Istri Ditawan

1,624

Perjuangan Raja Tiworo, La Tiworo ketika melawan kolonial Belanda pada 367 tahun lalu begitu memilukan. La Tiworo tewas saat perang melawan Belanda hingga anak dan istrinya jadi tawanan penjajah.

Kisah itu diungkap oleh seorang ahli budaya dan sejarawan Universitas Halu Oleo, Profesor La Niampe saat menghadiri acara festival Selat Tiworo di pelataran Pelabuhan Tondasi, Desa Tondasi Kecamatan Tiworo Utara, Jumat 2 September 2022.

Profesor La Niampe menyampaikan bahwa pada 1.655 yang lalu terjadi peristiwa yang sangat memilukan di Selat Tiworo dan di Benteng Tiworo. Saat itu VOC dan sekutunya menggempur habis-habisan kerajaan Tiworo.

“Kenapa Tiworo menjadi objek serangan pada masa itu, karena Tiworo dianggap bekerja sama dengan Makassar. Karena Makassar adalah saingan dagang VOC pada masa itu,” katanya.

Atas serangan tersebut, banyak kerugian terjadi pada kerajaan Tiworo. Lebih dua ratus warga Tiworo tewas. Termasuk Raja Tiworo.

Sementara itu kurang lebih 300 perempuan dan anak-anak ditangkap hidup-hidup oleh VOC. Di antara 300 anak dan perempuan itu, ada istri raja dan anak perempuan raja dijadikan tawanan.

Kemudian Belanda turut membakar seluruh logistik kerajaan termasuk perahu.

“Satu yang sangat luar biasa adalah benteng Tiworo yang dianggap benteng termegah dan terindah pada waktu itu dirubuhkan rata dengan tanah,” katanya.

Namun anehnya, kata dia, meski dirubuhkan dengan tanah, dalam kurun waktu tidak sampai 10 tahun, masyarakat Tiworo kembali membangun benteng tersebut sehingga tetap berdiri seperti semula.

“Ini luar biasa masyarakat Tiworo. Padahal waktu itu belum ada APBD, APBN. Mereka bangun hanya karena persatuan dan semangat mereka,” ujar Prof La Niampe.

Prof La Niampe menekankan, beberapa hal yang menjadi poin penting dalam sejarah perjuangan kerajaan Tiworo.

Sebagai seorang ilmuwan, ia memberi beberapa rekomendasi kepada Pemda Mubar, yakni, pertama segera menggagas penulisan sejarah dan kebudayaan Tiworo agar masyarakat tahu bahwa kerajaan Tiworo pada masa lampau cukup besar.

Kedua, segera dibuat Perda tentang penyusunan lembaga adat Tiworo atau apapun namanya. Karena itu penting sekali, untuk menyambung masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

Kemudian benteng Tiworo dan beberapa benteng yang lain yang ada di Mubar ditetapkan statusnya menjadi cagar budaya.

“Jadi apapun hari ini tidak akan mungkin kita banggakan. Tidak ada benteng yang menjadi cagar budaya karena belum ada statusnya. APBD Belum ada haknya untuk memberi anggaran di situ. Apalagi APBN. Bisa ditangkap bupatinya kalau menggunakan anggaran di situ kecuali ditetapkan dulu statusnya,” jelasnya.

Iklan oleh Google

Prof Dr La Niampe, Pakar Naskah Kuno dan Budayawan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). (Istimewa)

 

Terhadap hal itu, pakar naskah kuno dan budayawan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, ini telah menugaskan tenaga ahli cagar budaya sebanyak lima orang untuk membantu Pemda Mubar dalam melakukan penetapan status cagar budaya di Mubar.

Untuk itu, ia meminta agar proses penetapan status secepatnya dilakukan. Sebab, lanjut dia, benteng Tiworo adalah benteng terunik di dunia.

“Coba bayangkan benteng yang dirubuhkan, dibangun dalam waktu tidak sampai 10 tahun. Dan sekarang kondisinya masih utuh. Olehnya itu saya minta dalam waktu tertentu untuk kegiatan kepariwisataan seperti ini itu harus dilaksanakan di benteng sana. Kalau perlu dinas pariwisata berkantor di benteng situ apapun keadaannya,” tekannya.

Menurut dia, dengan penetapan status cagar budaya, Benteng Tiworo ini juga akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena ketika benteng ini terus dipromosikan, maka yang akan berkunjung bukan hanya wisata pelajar tapi juga dari mancanegara.

“Saya kira sudah ada wisatawan mancanegara yang ada di sini. Mudah-mudahan mereka akan memberikan informasi kepada sesama mereka sehingga suatu waktu akan berkunjung banyak di sini. Kemudian masyarakat lokal juga bakal berkunjung karena memang punya sejarah yang unik,” katanya.

Selanjutnya, ia mengusulkan kepada Pemda Mubar agar segera menelusuri siapa yang menjadi korban pada waktu pertempuran dengan Belanda. Bila sudah terungkap, maka bisa diusulkan menjadi pahlawan nasional.

“Pak bupati tolong dipikirkan itu. Ini sangat penting diajukan menjadi pahlawan nasional,” imbuhnya.

Terkait hal itu, Penjabat (Pj) Bupati Mubar, Dr Bahri, mengaku sangat mengapresiasi penyampaian La Niampe. Pemda Mubar akan menindaklanjuti rekomendasi tersebut dan segera menetapkan situs benteng Tiworo dan benteng lainnya mencari cagar budaya serta membuat kajian dalam rangka menetapkan pahlawan dari Tiworo.

Sebab, kata dia, berdasarkan penjelasan Prof La Niampe, ada pahlawan dari Tiworo yang pernah berperang melawan Belanda.

“Ini saya minta kepada pariwisata, kebudayaan untuk bisa menetapkan pahlawan nasional dari Tiworo,” terangnya.

Direktur Perencanaan Keuangan Daerah Kemendagri ini mengakui, tidak mudah untuk mencapai target tersebut.

Namun, bukan tidak mungkin ketika semua pihak secara bersama-sama baik lintas kementerian, lembaga pemerintahan maupun pelaku industri pariwisata serta insan pers membangun ekosistem kepariwisataan untuk mencapai target tersebut.

“Banyak yang harus dilakukan untuk mencapai hai itu, kita tidak hanya melakukan promosi secara besar-besaran, tapi menyediakan produk yang diinginkan oleh wisatawan,” katanya.

“Kemudian menyediakan SDM yang terampil, menjamin fasilitas sarana dan prasarana serta peran aktif masyarakat dibutuhkan dalam meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan,” pungkasnya. (Pialo/yat)

ARTIKEL-ARTIKEL MENARIK NAWALAMEDIA.ID BISA DIAKSES VIA GOOGLE NEWS(GOOGLE BERITA) BERIKUT INI: LINK
Berlangganan Berita via Email
Berlangganan Berita via Email untuk Mendapatkan Semua Artikel Secara Gratis DIkirim ke Email Anda
Anda Dapat Berhenti Subscribe Kapanpun
Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan, ruas (*) wajib diisi