Viral TKA China di Konawe Kuliti Buaya dan Dijadikan Sop
Foto tenaga kerja asing (TKA) China yang menguliti buaya lalu dijadikan sop untuk santapannya viral di media sosial.
Para TKA China ini diketahui bekerja di PT Obsidian Stanless Steel (OSS) Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Buaya sepanjang 3 meter tersebut sempat ditangkap di sekitar jalan hauling yang menghubungkan PT OSS dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di kawasan industri Morosi.
Kehadiran buaya ini membuat karyawan terkejut. Warga bersama TKA pun menangkap hewan reptil itu.
Mengejutkannya, para TKA menganggap buaya bisa dijadikan santapan. Buaya tersebut sempat dipamerkan dengan dikenakan helem bertuliskan OSS dan mengenakan kacamata.
Setelah itu, buaya tersebut dikuliti dan dijadikan sop untuk disantap.
Foto buaya mengenakan helem kemudian dikuliti pun diposting di media sosial dan viral.

Iklan oleh Google
Kepala Balai Konservasi Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra Sakrianto Djawie kepada media mengatakan, buaya tersebut dijadikan sop oleh para TKA China.
Ia mengaku, setelah mendapat laporan tersebut, pihaknya langsung menurunkan tim ke PT OSS untuk mengambil keterangan.
Saat tim tiba di lokasi, kata Sukrianto, daging buaya sudah habis disantap termasuk tulang dan kulitnya dijadikan sop.
“Keterangan sementara mereka (TKA) tidak tahu bahwa buaya itu dilindungi, tapi mungkin besok kita panggil yang bertanggung (pelakunya) karena mereka tidak tahu bahasa Indonesia. Besok mereka akan didampingi penerjemahnya, pelakunya ada lima orang,” ungkap Sakrianto dihubungi via telepon, oleh Kompas.com, Rabu malam.
Ia menjelaskan, para pelaku pembunuhan satwa itu telah melanggar Undang- undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman 5 tahun.
Sakrianto mengungkapkan bahwa saat ditemukan buaya jenis muara itu sudah dalam kondisi sekarat, hal itu mungkin karena pengaruh limbah pabrik yang masuk ke rawa sebagai habitat buaya tersebut.
“Daerah Morosi itu kan banyak rawa, sungai juga ada. Habibat buaya di situ, tapi sudah rusak karena adanya aktivitas pertambangan di situ, akhirnya dia naik ke darat,” pungkasnya. (Yat)
Sumber : Kompas.com