Kebun Raya UHO : Lahan Konservasi, Meneliti dan Rekreasi
Pada pagi di awal Februari 2022, Kebun Raya Universitas Halu Oleo (UHO) tampak lengang. Suara burung bersahutan di kebun dengan luas kurang lebih 22,8 hektare itu.
Beberapa orang usai melakukan jogging mampir di kebun raya yang telah disulap oleh UHO Kendari menjadi lahan konservasi tersebut.
Kebanyakan, pengunjung senang dengan suasana di Kebun Raya UHO. Sebab, pohon rindang yang tumbuh turut menyegarkan tubuh yang lelah berolahraga.
“Sangat cocok kalau jalan pagi di sini. Suasananya sejuk dan adem,” kata Alif saat berkunjung di Kebun Raya UHO Kendari.
Selain jalan santai, Kebun Raya UHO juga menjadi tempat meneliti para mahasiswa maupun peneliti luar. Sebab, kebun raya ini telah dijadikan sebagai lahan konservasi tumbuhan endemic di Sulawesi Tenggara.
Pada akhir Desember 2021 lalu, UPT Ilmu Hayati dan Kebun Raya Jurusan Kehutanan Fakultas Ilmu Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) UHO menggandeng Pemerintah Provinsi (Pemprov), PT Green Planet Indonesia, IKA Kehutanan Universitas Hasanuddin dan DPD HAE IPB Sultra untuk melakukan penanaman pohon yang hamper punah di Kebun Raya UHO Kendari.
Kegiatan ini dihadiri langsung, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi, Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Bambang Hendroyono, Rektor UHO Prof Dr Muh Zamrun Firihu, Forkopimda Sultra dan dihadiri sejumlah Kepala Organiasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Sultra.
Rektor UHO, Prof Muhammad Zamrun Firuhu menjelaskan, Kebun Raya UHO telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau dan disiapkan sebagai lahan konservasi untuk tanaman-tanaman endemik Sulawesi Tenggara termasuk pohon-pohon yang hampir punah.
“Makanya penanaman kali ini merupakan bentuk usaha kita untuk melestarikan tanaman-tanaman endemic di Sulawesi Tenggara. Kita berharap nanti semua tanaman endemic Sulawesi Tenggara itu bisa ada di Kebun Raya UHO,” jelasnya.
Rektor UHO dua periode ini menambahkan, untuk menjaga dan melestarikan pohon-pohon tersebut, UHO telah berkolaborasi dengan pemerintah provinsi.
“Saya juga dengan pak Gubernur sudah berkolaborasi. Jadi artinya pemerintah provinsi dan UHO berkolaborasi untuk kemajuan pembangunan Sultra,” tutupnya.
Sementara itu, Gubernur Sultra, Ali Mazi mengucapkan terima kasih sekaligus mengapresiasi Universitas Halu Oleo, Rektor dan Asosiasi Mikoriza Indonesia yang telah melaksanakan serta mendukung penanaman pohon dalam gerakan nasional penanaman pohon terancam punah Indonesia, karena tanpa dukungan kegiatan seperti ini tidak akan terlaksana dengan baik.
“Kegiatan seperti ini kalau rektornya tidak suport tidak ada terlaksana. Jadi kita berterima kasih sama pak rektor dan luar biasa suportnya pak rektor dengan pemerintah berkolaborasi dalam menjaga pohon-pohon yang sudah hampir punah,” ucap Ali Mazi.
Orang nomor satu di Sulawesi Tenggara ini mengatakan, untuk menjaga pohon yang hampir punah ini butuh komitmen dan kerjasama semua pihak dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup di Bumi Anoa terkhusus yang sudah ditanam di Kebun Raya UHO.
“Harapan kami sebagai pemerintah provinsi semoga melalui penanaman pohon terancam punah di Kebun Raya UHO ini dapat menginspirasi stakeholder lain dan masyarakat ikut dalam pelestarian ekosistem dan menyelamatkan pohon yang hampir punah di Sulawesi Tenggara,” harapnya.
Ia menambahkan, untuk penelitian pohon yang hampir punah merupakan tugas kampus UHO dan kalau tidak ada biaya sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memporsikan anggaran.
“Pemerintah wajib memberikan biaya untuk mengembangkan pohon-pohon yang hampir punah ini, dan ini tugas kita melestarikan Sultra hijau karena ada program Presiden yang harus disukseskan yaitu untuk menghijaukan hutan,” tutupnya.
Menjaga Tumbuhan Hampir Punah
Seiring perkembangan zaman, beberapa pohon yang dulunya memiliki ekosistem luas lambat laun jumlahnya mulai berkurang. Diharapkan, dengan adanya Kebun Raya UHO ini, tumbuhan endemic itu tetap terjaga keberadaanya.
Menurut Ketua Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) RI, Prof Hj Husna MP, sebanyak 60 jenis pohon langka ditanam dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) AMI RI ke 25.
“Kegiatan ini kami masukkan salah satu program ini untuk menyelamatkan jenis-jenis pohon terancam punah terutama di Sulawesi Tenggara, yang ditanam di Kebun Raya UHO ini,” jelasnya.
Dosen Jurusan Kehutanan FHIL UHO ini menyebut, banyak sekali jenis pohon-pohon yang hampir punah. Di antarnya, pohon Kalapi. Pohon ini statusnya endemic dan hanya bisa tumbuh di wilayah Abuki, Unahaa dan Kolaka Timur. Kemudian ada kayu kuku, Pooti dan Jeruk Siompu.
“Kenapa saya masukkan jeruk Siompu, karena jeruk Siompu merupakan jeruk yang tidak ada samanya di dunia, ini rasanya manis dan punya rasa khas tersendiri. Jadi semua pohon endemic ini harus kita jaga dan dilestarikan dengan baik,” jelasnya.
Guru Besar UHO ini, menjelaskam bahwa Asosiasi Mikoriza Indonesia merupakan salah satu organisasi profesi yang bergerak di bidang Mikoriza (cendawan, jamur). Mikoriza, dapat membantu tanaman dalam penyerapan air dan unsur hara di dalam tanah sehingga membantu tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik
Mikoriza ini merupakan salah satu mikroorganisme dalam tanah yang memang berfungsi dalam menyerap unsur hara dan air dalam tanah. Jadi pada saat musim kemarau kering, disaat itu dia memanfaatkan hifa-hifa (benang-benang halus) eksternalnya menyerap unsur hara untuk diberikan ke tanaman. Terutama pada tanah-tanah yang unsur haranya rendah. Termasuk tanah tambang yang memiliki logam tinggi. (Advertorial/yat)