HUT Muna Barat ke-7 Diwarnai Atraksi Perkelahian Kuda
Perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-7 Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sabtu 9 Oktober 2021, di Lapangan Marobea Kecamatan Sawerigadi, diwarnai dengan tradisi perkelahian kuda.
Perkelahian kuda jantan ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Muna untuk merayakan hari besar atau pun menyambut tamu. Perkelahian kuda dalam Bahasa Muna disebut pogiraha adhara.
Sebanyak 15 pawang kuda yang sudah terlatih memandu jalannya atraksi. Satu di antaranya didaulat sebagai pemimpin atau pawang utama bernama La Ode Abjina.
Pawang utama bertugas memberi komando kepada para pawang lainya sesuai yang ditugaskan. Misal, pemegang tali atau pemberi aba-aba saat pertunjukan dimulai.
Pawang dan kuda-kuda tersebut semua berasal dari Kecamatan Lawa. Setiap momen hari besar atau kegiatan lainnya, kehadiran mereka sangat dinantikan.
Camat Lawa, Sitti Karimando mengatakan, atraksi kuda yang ditampilkan itu, selain untuk menghibur masyarakat, juga memperkenalkan kembali tradisi Muna yang lama.
Menurutnya, banyak generasi muda sekarang yang lupa dengan budaya. Untuk itu, panitia sengaja mempersembahkan perkelahian kuda ini, karena ada makna yang terkandung di dalamnya.
“Intinya kita dengan perkelahian kuda ini kembali mengangkat tradisi budaya. Apa lagi seperti di momen ulang tahun Mubar sekarang atau kegiatan lainnya, penting masyarakat tahu atau generasi muda lainnya bahwa atraksi perkelahian kuda ini bukan hanya sekadar berkelahi, tetapi semua ada maksud dan tujuannya,” kata Karimando saat ditemui usai atraksi kuda di lapangan Marobea, Sabtu 9 Oktober 2021.
Kata dia, pertunjukan adu kuda ini ada sejak zaman kerajaan Muna. Dalam pertunjukan itu, menampilkan kuda betina yang dijaga kuda jantan. Kemudian, datang kuda jantan asing yang ingin merebut si betina.
Hal ini lah yang kemudian memicu perkelahian kuda.
“Tradisi ini masih kami jalankan. Biasanya pertunjukan ini kami tampilkan di acara-acara tertentu,” tuturnya. (lei/yat)