Gempa Susulan di Koltim Capai 178 Kali, 33 Rumah dan 1 Puskesmas Dilaporkan Rusak
Rentetan gempa susulan terus mengguncang Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, setelah gempa utama berkekuatan Magnitudo (M) 4,9 yang terjadi pada Jumat malam, 24 Januari 2025.
Hingga Rabu 29 Januari 2025 sekitar pukul 15.00 WITa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 178 kali gempa susulan di wilayah tersebut.
Kepala BMKG Kendari, Rudin, mengungkapkan bahwa aktivitas gempa masih berlangsung, meskipun dengan intensitas yang lebih kecil dibandingkan gempa utama.
“Per tanggal 29 Januari 2025 sekitar pukul 15.00 WITA, setelah gempa M 4,9 pada 24 Januari 2025 pukul 21.37 WITA, jumlah gempa susulan yang tercatat mencapai 178 kali,” kata Rudin dalam keterangannya.
Dampak Gempa: Rumah Warga dan Puskesmas Ikut Rusak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka Timur melaporkan bahwa 33 rumah warga mengalami kerusakan akibat gempa. Mayoritas kerusakan berupa dinding retak dan roboh, dengan dampak terparah terjadi di Kecamatan Lalolae dan Kecamatan Mowewe.
“Dari tanggal 24 sampai dengan siang tadi itu dapat kita lihat untuk bangunan rumah warga itu sekitar 33 (mengalami) kerusakan,” Kata Kepala BPBD Koltim Dewa Made Ratmawan saat di konfirmasi awak media.
Dewa menyebutkan bahwa selain rumah warga, fasilitas umum juga terdampak, termasuk kantor camat Tinondo yang mengalami keretakan dinding.
“Tadi baru dilaporkan, bangunan ruang bersalin Puskesmas juga mengalami retak-retak,” ujarnya.
Iklan oleh Google
Sebagai langkah tanggap darurat, BPBD Koltim telah mendirikan posko siaga di lapangan untuk menampung warga terdampak.
“Kemarin kita sudah mendirikan tenda di lapangan sebagai posko siaga,” ujar Dewa Made Ratmawan.
Masyarakat diminta untuk tetap tenang, waspada terhadap potensi gempa susulan, serta mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait mitigasi bencana.
Penyebab Gempa: Aktivitas Sesar Kolaka
BMKG mengungkapkan bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Kolaka, yang membentang dari Teluk Bone hingga daratan Kolaka Timur dan Konawe Selatan. Sesar ini merupakan patahan aktif yang kerap memicu gempa di wilayah sekitarnya.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono Daryono menjelaskan bahwa gempa susulan terjadi karena energi di sepanjang patahan masih dalam proses pelepasan hingga mencapai keseimbangan.
“Gempabumi dengan magnitudo yang cukup besar sangat wajar disertai dengan rentetan kejadian gempabumi susulan, untuk melepaskan semua energi dari patahan atau sesar sehingga kembali ke posisi setimbangnya,” ujarnya.
Hingga kini, gempa susulan yang tercatat berkekuatan lebih kecil dibanding gempa utama. Namun, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak agar tetap waspada dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas sumbernya.
“Pastikan informasi hanya berasal dari BMKG atau pihak berwenang lainnya. Tetap tenang dan ikuti arahan mitigasi bencana yang sudah disampaikan,” tegas Daryono. (Ahmad Odhe/yat)