AJI Kendari Imbau Jurnalis Utamakan Keselamatan saat Liput Demo Berpotensi Ricuh
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari mengimbau kepada seluruh jurnalis di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) itu untuk tetap hati-hati dalam meliput demonstrasi berpotensi ricuh. AJi juga menyerukan agar jurnalis mengutamakan keselamatan saat liputan.
Aksi unjuk rasa mahasiswa menyoal wacana tiga periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), penundaan pemilu dan kenaikan harga bahan bakar minyak yang direncanakan berlangsung Senin 11 April 2022 secara serentak di seluruh Indonesia. Tak terkecuali juga aksi akan dilakukan mahasiswa dari BEM se Sultra di Kota Kendari.
Ketua AJI Kendari, Rosniawanti Fikri Tahir menyatakan, saat demonstrasi, jurnalis turut memberitakan aksi tersebut namun sayang tak jarang jurnalis menjadi korban saat melakukan tugasnya.
Padahal jurnalis dalam melakukan tugasnya dilindungi undang-undang. Untuk itulah AJI Kendari membagi tips bagi jurnalis yang akan meliput aksi demonstrasi agar terhindar dari tindak kekerasan.
Langkah pertama adalah persiapan. Persiapan ini adalah salah dua dari berbagai aspek yang cukup penting untuk diperhatikan dengan cermat oleh jurnalis saat akan meliput di daerah yang rawan konflik termasuk di dalamnya saat melakukan liputan demonstrasi.
“Persiapan ini mulai dari persiapan diri. Sebelum melakukan peliputan pastikan kondisi fisik dalam keadaan fit/sehat/ prima. Pastikan perlengkapan reportase memadai. Mulai dari identitas pers, recorder, kamera foto/video, note, laptop dan peralatan teknis lainya berfungsi baik dan siap pakai,” kata perempuan biasa disapa Ros ini.
“Juga dianjurkan untuk membawa alat pelindung diri seperti masker, helm pelindung kepala dan alat pelindung lainya. Termasuk mambawa handsanitizer. Jangan memakai atribut yang sama dengan massa aksi,” tambahnya.
Ia melanjutkan, sebelum turun melakukan liputan, jurnalis sebaiknya mengetahui dan memahami lokasi aksi massa demonstrasi. Jika eskalasi demonstrasi meningkat, jurnalis mengetahui posisi aman ia tahu alternatif lokasi atau jalan keluar agar dirinya terhindar dari aksi chaos massa.
“Memiliki buddy sistem/penghubung di lapangan yang bisa dipercaya (buddy sistem : sesama rekan jurnalis yang dipercaya. korlip. redaktur). Ini penting karena buddy berfungsi sebagai kontak informasi jika terjadi sesuatu,” jelasnya.
Ia menyebut, saat berada di lokasi, jurnalis menempatkan diri pada posisi dan jarak aman saat meliput. Dalam mencari data terkait isu demonstrasi jurnalis mengkonfirmasi ke pihak kredibel untuk menghindari bias. Jurnalis tidak gegabah dalam meliput. Penting untuk mepertimbangkan psikologis massa aksi dan aparat.
Jurnalis tidak membuat laporan bernada provokatif yang bisa memicu pertikaian lanjutan antarpihak. Selanjutnya untuk menghindari bahaya di lokasi aksi, selalu menginformasikan kondisi kepada redaktur atau teman yang bisa dipercaya.
“Segera minta bantuan jika terjadi kondisi kegawatdaruratan seperti intimidasi dan tindak kekerasan yang dilakukan massa aksi atau aparat. Memiliki strategi atau rencana ketika terjadi kondisi kegawatdaruratan. Dan mengingatkan sekali lagi bagi jurnalis saat menjalankan tugasnya untuk selalu patuh pada kode etik,” pungkasnya. (yat)